Hari-hari ini kita disibukkan dengan kampanya CAPRES dan CAWAPRES, dan salah satu isu yang digunakan untuk saling menyerang calon lain adalah “Noeliberalisme”. Hal ini sangat pantas, karena sekarang seluruh negara mengalami krisis Global, maka dibutuhkan Pemimpin yang tangguh menghadapi krisis. Berikut sedikit tulisan saya yang sebenarnya merupakan rangkuman tentang pengertian “Neoliberalisme” dan sedikit analisis tentang CAPRES dan
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif
Paham ini memfokuskan pada Perdagangan bebas dan pasar bebas, serta merobohkan hambatan untuk perdaganan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.
Di Indonesia, walaupun sebenarnya pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal telah dimulai sejak pertengahan 1980-an, antara lain melalui paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, pelaksanaannya secara massif menemukan momentumnya setelah Indonesia dilanda krisis moneter pada pertengahan 1997. dengan adanya kemerosotan nilai rupiah pada tahun 1997 tersebut, maka pemerintah mengundang secara resmi IMF untuk memulihkan nilai rupiah.
Sebagai syarat untuk pencairan dana, maka IMF mensyaratkan pemerintah RI untuk melaksanakan konsensus Washinton dengan cara menandatangai LOI (Letter Of intent).Dimana salah satu butir kesepakatannya adalah Penhapusan subsidi Minyak, memberi kebebasan masuknya Investasi perusahaan Multinasional seperti shell, serta privatisasi beberapa BUMN seperti Indosat, Telkom dan Aneka Tambang.
Dari uraian diatas, maka kita bisa menilai siapa sebanarnya CAPRES dan CAWAPRES yang menganut paham Neoliberal sejati. Kalau kita lihat rekam jejak masing-masing calon, secara kasar analisis saya sebagai berikut:
1.Megawati : Kita ingat betul bahwa sewaktu Bu Megawati sebagai Presiden, lewat Meneg BUMN waktu itu Laksamana sukardi menjual (melakukan privatisasi besar-besaran), salah satunya adalah penjualan Indosat.
Prabowo : Saya belum menemukan rekam jejak beliau tentang penerapan Neoliberalisme, meski dia secara tegas menyatakan penganut “Ekonomi Kerakyatan.
2.SBY : Pada Jaman tersebut terjadi pengurangan subsidi Minyak bakar (Bensin, dan minyak tanah) hingga beberapa kali. Tetapi kemudian diganti dengan BLT (Bantuan langsung Tunai). Kemudian salah satu menterinya yaitu Sri Mulyani merupakan mantan direktur IMF.
Boediono: Ketika jadi Menko ekonomi (Mohon ralat kalau salah), sempat tersebar isu akan adanya privatisasi 40 BUMN termasuk Krakatau Stell.
3.JK : Saya belum tahu pasti peran beliau dalam kebijakan ekonomi pada saat jadi Wapresnya SBY, tetapi yang saya ingat betul bahwa beliau berusaha meningkatkan ekonomi dalam sektor riil, seperti Peningkatan profesionalisme pabrik sepatu Cibadutut (bandung), sampai-sampai inspeksi para menteri yang menggunakan sepatu merk LN. Dalam bidang Industri, beliau pernah keliling ke seluruh pabrik gula dindonesia dan mengusulkan peremajaan mesin-mesin pabrik gula.
Wiranto : Saya belum mengetahui rekan jejak beliau tentang pelaksanaan “Ekonomi kerakyatan ini”.
Bagimana Dengan anda?….
Sumber: id.wikipedia.org
Filed under: Teknologi | Leave a comment »